]
Jumat, 26 Desember 2008
Dumbeg
]
Vox Populi, Vox Duit
]
Rabu, 24 Desember 2008
Banser Amankan Gereja
Kebaktian malam Natal di Klaten berlangsung dengan aman, tenteram, dan tanpa insiden yang berarti. Pada malam Natal ini GKI Klaten terpaksa mengadakan kebaktian selama dua kali karena keterbatasan tempat. Kebaktian pertama dimulai pukul 18.00 dan kebaktian kedua pada pukul 22.00 WIB.
Pada siang harinya, kami sempat dibuat was-was dengan inspeksi keamanan dari pihak kepolisian sampai sebanyak tiga kali. Tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya belum pernah diadakan inspeksi seperti ini. Pemeriksaan pertama dilakukan oleh tim Gegana pada pukul 10.00 pagi. Mereka memeriksa seluruh bangku-bangku gereja, mengecek setiap pot dan melongok setiap kolong dan bawah panggung.
Enam jam kemudian, datang lagi tim dari kepolisian. Kami mengatakan bahwa gereja sudah diperiksa oleh tim Gegana, tetapi mereka tetap ingin memeriksa sekali lagi. "Untuk memastikan supaya situasi aman,"kata pimpinan rombongan. Kami persilakan mereka mengerjakan perintah atasan. Toh tidak ada sesuatu yang mengganggu persiapan kami. Menggunakan detektor metal, mereka sekali lagi memeriksa gedung gereja. Menurut saya, alat itu sebenarnya tidak berfungsi efektif karena banyak metal logam di gereja yang pasti akan membuat alat itu aktif. Tapi toh tak mengapa.Setidaknya penggunaannya dapat menciptakan rasa aman.
Yang mengherankan, satu jam kemudian Kapolres Klaten beserta dengan stafnya meninjau lagi kesiapan kami. Ini baru pertama kali perwira polisi tertinggi di Klaten memeriksa langsung pengamanan Natal. Dalam hal ini kami sebagai warga masyarakat dan warga negara merasa berterimakasih dan terlindungi. Namun hati kecil merasa sedikit heran apakah harus dilakukan pemeriksaan secara beruntun? Ada apa gerangan? Apakah ada sesuatu yang membuat aparat keamanan harus waspada?
Pertanyaan ini menggantung di benak sebagian panitia hingga pelaksanaan kebaktian. Kebaktian I dihadiri lebih dari 300 orang. Seluruh kursi terisi penuh. kebaktian yang dilayani oleh pdt. Pelangi Kurnia Putri ini diiringi oleh musik Ensemble Gitar. Ada enam pemuda yang mengiringi pujian menggunakan gitar akustik. Sedangkan Kebaktian II yang dipimpin oleh pdt. Phan Bie Thon dihadiri lebih sedikit jemaat. Meski begitu, 90 persen kapasitas tempat duduk terisi oleh anggota jemaat.
Selain mendapat bantuan pengamanan dari kepolisian, kami juga mendapat pengamanan dari Banser (Barusan Serbaguna) dari NU. Ada puluhan pemuda Muslim berpakaian doreng-doreng yang ikut berjaga di depan gereja. Selama ini, gereja kami memang menjalin hubungan baik dengan rekan-rekan dari NU. Setiap mengadakan Pasar Murah, kami sering melakukannya bersama-sama dengan para santri dan Pondok Pesantren "Pancasila Sakti", pimpinan kyai karismatik mbah Lim. Itu sebabnya, pada malam Natal ini, mereka menawarkan diri untuk ikut menjaga keamanan selama ibadah berlangsung.
Lihiat videonya di sini
Ibadah Malam Natal, 24 Desember di GKI Klaten
Pengamanan dari Banser NU
]
Jumat, 12 Desember 2008
Ulat Jati Goreng
Ulat ini berwarna hitam. Panjangnya tidak lebih dari sebatang korek api. Jika dipegang, kadang mengeluarkan cairan hitam. Ketika masihdalam bentuk ulat, dia akan memakan habis daun jati hingga tersisa kerangkanya saja. Begitu tiba waktunya untuk bermetamorfosa jadi kepompong, ulat ini akan turun dari atas pohon ke tanah. Caranya dengan terjun menggunakan air liurnya yang membentuk sulur. Mirip yang dilakukan oleh binatang laba-laba atau spiderman.
Sesampai di tanah, dia akan mencari tempat tersembunyi. Biasanya di balik daun atau batu. Di situ, dia membungkus dirinya dengan air liur dan butiran tanah, kemudian bertapa untuk berubah bentuk menjadi kepompong. Warnanya coklat tua dan permukaannya licin. Nah kepompong inilah yang enak dimakan. Rasanya gurih.
Cara memasaknya cukup sederhana. Kempompong atau masyarakat setempat menyebutnya 'entung' ini dicuci bersih. Setelah itu ada yang mengukusnya lebih dulu, tapi ada yang lansung menggoreng dengan bumbu bawang putih dan garam. Rasanya? Mak nyuuuuusss! Tapi awas, kalau Anda sering terkena alergi, makanan ini bisa menimbulkan gatal-gatal.
]
Senin, 08 Desember 2008
Pak Karyono
Pemazmur berkata bahwa rata-rata masa hidup manusia adalah tujuh puluh tahun. Jika kuat maka dapat sampai delapan puluh tahun. Hari ini saya menyaksikan orang-orang yang mendapat ‘bonus’ umur dari Tuhan.
Setiap bulan Desember, gereja kami mengadakan acara Christmas Carol. Namun berbeda dengan tradisi barat yang menyanyikan lagu-lagu Natal di keramaian atau ke rumah-rumah untuk mendapatkan sedekah, kami memodifikasinya dengan mengunjungi anggota-anggota jemaat yang karena mengalami keterbatasan fisik mereka tidak dapat merayakan Natal. Kami menghadirkan perayaan Natal ke rumah mereka.
]
Sabtu, 06 Desember 2008
Pasar Buku Murah
PESTA BUKU MURAH JOGJA di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Jogjakarta. Saat berjalan masuk, tanpa sengaja saya bertemu dengan Pembri (teman satu pesawat saat ikut pelatihan di Bali). Rupanya dia sedang menjaga stan "Tanda Baca". Setelah say hello sejenak, dia lalu menghadiahkan tiga buah komik tentang Penanggulangan Bencana. Saya dan isteri lalu berpamitan untuk masuk ke gedung Kunthi. Di sini kelompok Gramedia dan Agromedia yang mendominasi. Namun saya tidak begitu tertarik karena diskon yang ditawarkan hanya 10 (sepuluh) persen. Buat apa saya beli di sini? Toh saya bisa mendapatkan diskon yang lebih besar di toko buku Toga Mas. Untuk sesaat saya merasa kecewa karena berharap bisa mendapatkan buku yang lebih murah daripada toko buku reguler.
Ketika itu, sedang ada workshop "PENULISAN UNTUK GURU" bersama Agromedia Grup & McDonald. Saya menyempatkan diri untuk mendengarkan uraian penulis. Tapi lama-kelamaan saya merasa bosan, karena informasi yang disampaikan oleh nara sumber kebanyakan sudah saya tahu. Saya lalu melirik peserta lain. Kelihatannya, mereka adalah para guru. Jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang. Semoga saja mereka terdorong untuk menulis. Oh, ya...sebenarnya acara itu tidak layak disebut workshop karena peserta tidak dilibatkan secara aktif. Mungkin lebih tepat disebut sebagai ceramah atau penataran saja.
Tidak satu buku yang menarik minat saya di gedung ini. Saya lalu masuk ke gedung di sebelah barat. Mata saya langsung terikat pada stan Yusuf Agency. Stan ini terkenal karena berani membanting buku sangat murah. Stan ini sangat digemari oleh pengunjung buku, tapi paling dibenci oleh penulis dan penerbit. Soalnya kalau ada buku yang jatuh ke Yusuf Agency ini, maka "martabat" penulis dan pengarang langsung melorot ke titik nadir...he...he..he... Untunglah saya tidak menjumpai buku yang saya tulis di sini.
Di sini kami membeli "Kala Yesus Jadi Tuhan", karya Richard E. Rubenstein, terbitan Serambi. Pada label aslinya tertera Rp. 64.900,- tapi didiskon hingga Rp.20.000,- Dari penerbit yang sama, kami juga mendapatkan buku "The Secret Supper" tulisan Javier Sierra. Harganya telah dipotong dari Rp. 49.000,- menjadi 20 ribu perak. Selain itu, kami juga membeli buku "Jalan Salib untuk Anak-anak" terbitan Kanisius dan "Tempat dan Peran Yesus di Hari Kiamat Menurut Ajaran Islam", karya Wienata Sairin. Harganya hanya 10 ribu perak. Berpindah ke stan berikutnya, kami membeli Chicken Soup di Galaxy Media. Yang menarik, di sini buku Harry Potter dijual seharga Rp. 99.000,-. Sementara itu, di stan Gramedia Pustaka Utama, buku yang sama dibandrol Rp. 208.000,- Itu saja sudah didiskon oleh Gramedia!
Setelah itu, kami beranjak ke gedung Shinta. Dalam gedung utama yang sejuk dan nyaman ini, ada puluhan stan yang berlomba menawarkan buku. Ada juga Talkshow "ASOI, GEBOI, BOHAI" bersama Yudhi (Gradien Mediatama). Ketika saya amati, yang menyaksikan pertunjukan incang-bincang ini juga tidak banyak.
Jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Saya bertanya dalam hati, "Apakah promosi seperti ini cukup efektif?" Pada kanyataannya, kaum remaja yang menjadi sasaran pembaca dari buku ini justru tidak terlihat di sana.
Kebanyakan yang datang adalah mahasiswi dan panitia yang sedang iseng karena tidak ada kerjaan. Di gedung ini kami menemukan Bok Bos, stan kesukaan kami. Entah apa arti namanya. Yang jelas, mereka punya spesialisasi menjual buku impor bekas. Bukan sembarang buku, melainkan buku-buku yang bermutu bagus.
Saya membeli "Principles And Types of Speech Communication", edisi hardcover, terbitan Longman. Sedangkan isteri saya memilih "A Cup of Chicken Soup", edisi hardcover.
Jika Anda tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya, Anda masih punya kesempatan selama dua hari untuk menambah koleksi perpustakaan Anda dengan biaya murah.
Pameran ini ditutup besok Senin, bertepatan dengan hari Idul Adha
]
Serba Sapi
]
Rabu, 03 Desember 2008
Lelaku Jalan Salib
Akibat dari reformasi gereja yang dilakukan oleh Martin Luther, John Calvin dan kawan-kawan, gereja protestan cenderung ‘lebih miskin’ dalam hal laku spritualitas, seperti yang dimiliki oleh gereja katolik. Ketika akan merayakan hari-hari besar gerejawi, pegiat gereja protestan kadang menemui kesulitan dalam merancang kegiatan. Sebagai contoh, pada saat menggelar ibadah Rabu Abu sebagai penanda masa pra paskah, gereja kami kesulitan merancang liturgi ibadah karena belum pernah memiliki tradisi ibadah ini.
Kegagapan serupa juga ditemui ketika Panitia Paskah akan merencang prosesi Jalan Salib pada ibadah Jum’at Agung tahun depan. Atas dasar itu, maka gereja kami memutuskan untuk belajar dari gereja Katolik yang telah lama memiliki tradisi ini. Kami memilih untuk berkunjung dan berziarah ke gereja katolik di Pohsarang.
Fajar hari Sabtu, tanggal 29 Nopember, belum menyingsing, namun kami sudah berkumpul di gereja. Setelah berdoa meminta pertolongan Tuhan, tiga mobil yang mengangkut 15 orang ke arah Solo. Jalan masih sepi. Sesekali kami menyalib truk-truk besar yang berjalan lambat. Sesampai di Pakis, mobil yang dikemudikan pak Bambang Murnanto berbelok kanan menuju arah Baki. Mereka akan lebih dulu mengantar Ny. Budi Nugroho Sulaiman ke Solo Baru. Sementara itu mobil yang saya tumpangi dan mobil yang dikemudikan pak Wim Seimahuira memilih lurus ke arah Kartasura dengan perhitungan jarak yang lebih dekat. Kami bersepakat untuk bertemu lagi di wilayah Perhutani Mantingan, untuk beristrahat sambil sarapan pagi. Namun perhitungan kami meleset. Ketika sampai di wilayah Palur, jalanan sudah sangat ramai oleh anak sekolah dan buruh pabrik. Akibatnya mobil hanya bisa merayap lambat. Rombongan pak Bambang Murnanto justru sampai lebih dulu di titik pertemuan.
Usai sarapan pagi, tanpa membuang waktu, kami melanjutkan perjalanan melewati Ngawi, Nganjuk, Madiun,
Kios itu juga menjual kaset, CD dan VCD rohani. Ketika saya amati sekilas, semua CD dan VCD yang dijual di
Di ujung deretan kios, kami disambut oleh pintu gerbang yang terbuat dari batu kali. Bagian atas melengkung dan tergantung tulisan “Gua Maria Lourdess”. Begitu masuk, langsung terlihat atap bangunan yang mencolok. Bangunannya mirip pendopo dalam arsitektur Jawa, tetapi setelah diamati lebih dekat ternyata ada perbedaan dan keunikan. Berbeda dengan pendopo yang memiliki empat tiang (soko guru) di tengah, tiang pada bangunan ini justru ada keempat pojok bangunan. Atapnya ditutup menggunakan genting. Uniknya tidak diletakkan di atas kayu usuk, tetapi disusun di atas jaring-jaring kawat baja yang ditarik dan ditembatkan pada keempat tiang besi besar di setiap pojok. Dengan kata lain, bangunan ini mirip sekali dengan tenda di Timur Tengah. Rupanya perancang bangunan ini mendapat inspirasi dari kemah Tabernakel umat
Setelah beristirahat sejenal di gedung serbaguna ini, kami berjalan ke area gua Maria. Pada sisi kiri terdapat tebing batu buatan yang sangat tinggi. Pada bagian paling kanan di tebing tersebut, terpasang patung bunda Maria yang snagat besar. Beberapa orang terlihat sedang berdoa dengan khusyuk.
Tidak lama kami ada di sini, karena tujuan kami adalah ke lokasi Jalan Salib Bukit Golgota, yang ada di paling ujung. Lokasi ini diawali dengan gapura serupa di pintu masuk gua Maria. Begitu masuk lokasi, kami segera menyiapkan diri dalam keheningan. Gemerisik daun bambu yang tertiup angin dan bunyi batang-batang bambu yang bergesekan mewarnai keheningan. Kami memulai prosesi pada perhentian pertama: Yesus Dihukum Mati. Pada setiap perhentian, terdapat sebuah adegan yang menggambarkan peristiwa tersebut. Adegan-adegan yang digambarkan di tempat ini terbilang istimewa. Pada tempat-tempat peziarah yang lain, prosesi jalan salib biasanya digambarkan dalam wujud dua dimensi atau relief, namun di sini, penggambarannya dalam rupa tiga dimensi. Figur-figur dibuat dalam bentuk patung dengan ukuran yang sebenarnya.
Perhentian I: Yesus Dihukum Mati;
Perhentian II:Yesus Memanggul Salib-Nya;
Perhentian III: Yesus Jatuh untuk Pertama kalinya di Bawah Salib;
Perhentian IV: Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya;
Perhentian V: Yesus Ditolong Simon dari Kirene;
Perhentian VI: Veronika Mengusap Wajah Yesus;
Perhentian VII: Yesus Jatuh untuk Kedua kalinya di Bawah Salib;
Perhentian VIII: Wanita-wanita Yerusalem Meratapi Yesus;
Perhentian IX: Yesus Jatuh untuk Ketiga kalinya di Bawah Salib;
Perhentian X: Pakaian Yesus Ditanggalkan;
Perhentian XI: Yesus Dipaku di Kayu Salib;
Perhentian XII: Yesus wafat di Kayu Salib;
Perhentian XIII: Yesus Diturunkan dari Salib;
Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan;
Minggu, 23 November 2008
Teknik Menulis Cepat
Untuk itu, kita perlu menguasai teknik penulisan cepat. Metode ini lebih mengandalkan ingatan (memori) kita sebagai bahan tulisan. Jika kita masih harus mencari bahan-bahan penulisan lagi, maka proses penulisan kita menjadi ters
Berikut contohnya:
· Bunga
· Tukang Kebun
· Sederhana
· Anak banyak
· Nakal
· Polisiendat sehingga tidak dapat dikatakan penulisan cepat lagi.
a. Kode Kata
Salah satu kunci untuk membuka peti ingatan kita adalah dengan kode kata. Cara yang dipakai adalah dengan memilih kata kunci dari tema cerita atau premise yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai sebagai pijakan awal yang akan menuntun kita untuk menemukan satu tema cerita yang spesifik. Setiap kata akan memicu Anda untuk memikirkan beberapa pengalaman yang Anda memiliki. Ketika Anda mengingat kembali satu pengalaman, hal itu akan mendorong Anda untuk menghubungkannya dengan pengalaman lain yang mungkin terlupakan.
· Kegaduhan
Perhatikan daftar di atas dimulai dari kata yang netral “bunga”. Kata tersebut berhubungan dengan “tukang kebun.” Demikian seterusnya, hingga akhirnya kita menemukan bahan cerita. Dari serangkaian kata-kata ini didapatlah bahan cerita tentang kehidupan tukang kebun yang sederhana, punya anak banyak tapi nakal-nakal sehingga terpaksa berurusan dengan polisi.
Anda bisa memulai metode ini dengan satu kata kunci dari tema tulisan hendak Anda buat. Misalnya, ketaatan, kerendahan hati, ketegaran, kasih, sukacita dll.
b. Curah Gagasan (Brainstorming)
Metode ini merupakan pengembangan dari metode kode kata. Berawal dari sebuah kata, kita menuliskan semua ide yang berkaitan dengan kata tersebut. Hal ini dapat diibaratkan seperti mencurahkan air di dalam gelas ke dalam baskom. Seluruh isi gelas dituangkan semuanya. Tidak ada yang dipilih-pilih. Demikian juga dalam menuliskan ide, tuliskanlah apa saja yang terlintas di otak Anda, tanpa menyeleksinya. Anda tidak perlu memusingkan urut-urutannya, alur logika atau ejaan tulisan.
Contoh:
Ikan
Rasul Petrus menjala ikan
Yesus ikut makan ikan
Ikan bakar bebas kolesterol
Memancing itu asyik
Menjala hasilnya lebih banyak
Yunus pernah ditelan oleh ikan besar
Hati-hati tertusuk duri ikan
Ketika semua ide sudah dituangkan, selanjutnya bacalah daftar ide Anda. Apakah Anda dapat menarik sebuah benang merah di antara daftar itu? Apakah ada ide yang perlu dibuang? Apakah ada kaitan diantara ide tersebut? Setelah membaca kembali daftar ide di atas, saya mendapat ide membuat cerita tentang petualangan dua ekor ikan pada zaman Yesus. Salah satu ikan tersebut tersangkut dalam jaring yang ditebarkan Petrus.
c. Menulis Bebas
Metode ini hampir mirip dengan melamun. Caranya diawali dengan suatu kata tertentu, Anda menulis secara bebas. Tidak harus berkaitan dengan kata kunci tertentu (inilah perbedaan dengan curah gagasan). Tujuan utamanya adalah menulis kalimat sebanyak-banyaknya dalam waktu tertentu (5-10 menit) tanpa berhenti. Anda tidak perlu merisaukan arah tulisan tersebut dan ketepatan ejaan. Tulis saja dengan bebas.
Contoh:
Hmmm….cerita apa yang bisa kubuat? Ah aku belum punya ide sama sekali. Ide, ide, ide…mengapa ketika dibutuhkan justru tidak datang. Tapi ketika sedang tidak butuh, engkau datang tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Datangmu seperti pencuri. Tidak tahu kapan engkau datang. Engkau datang tanpa mengetuk, dan pergi tanpa permisi. Eh, ya…Tuhan Yesus ‘
Perhatikan contoh di atas. Berawal dari ketiadaan ide, tulisan tersebut bergerak bebas tanpa fokus yang jelas, namun dengan cara itu justru memunculkan gagasan-gagasan baru. Ini seperti melamun yang ngelantur kemana-mana.
Jika dirasa sudah cukup, maka baca kembali hasil tulisan bebas tersebut. Temukanlah ide-ide menarik yang dapat dikembangkan. Dari tulisan di atas, kita dapat mengembangkan cerita tentang menyambut kedatangan Yesus.
d. Pemetaan Pikiran
Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah sistem perekaman pikiran supaya kita biasa menggunakan otak kiri maupun otak kanan dengan baik. Seluruh bagian otak digunakan untuk berpikir. Untuk melakukan ini, kita dapat menggunakan kata-kata kunci, lambang, dan warna. Mind mapping memungkinkan kita membangkitkan dan mengatur pikiran-pikiran pada waktu yang sama.
· Catat poin utama, pikiran atau ide utama.
· Lingkari gagasan utama, kemudian gunakanlah cabang-cabang yang saling menyambung untuk menunjukkan ide-ide yang berhubungan.
· Dalam membuat catatan, petakan hal-hal yang sedang Anda pikirkan. Anda akan membangkitkan lebih banyak ide, melihat hubungan di antara kata-kata kunci, dan lebih bersenang-senang!
Selesai melakukan pemetaan, lihat peta tersebut secara umum. Temukanlah apakah Anda dapat menarik jalinan cerita dari peta otak tersebut.
MENULIS BUKU JURNAL
Seorang penulis wajib memiliki dan selalu membawa buku kecil (atau PDA) kemana pun dia pergi. Inilah yang disebut buku jurnal. Buku ini berbeda dengan buku harian (diary) yang mencatat segala kegiatan fisik setiap hari. Buku ini merupakan catatan dari aktivitas otak kita. Buku ini mencatat semua hal yang terlintas di otak Anda, entah itu ide, kegelisahan, pergumulan, pengalaman atau kekesalan Anda.
Ilham atau ide itu bisa datang kapan saja, tanpa diundang dan tak bisa ditolak. Ketika ide itu datang, kita harus segera mencatatnya. Jangan pernah mempercayai ingatan Anda, karena ingatan kita ini sangat terbatas. Jika kita lalai mencatat dan tidak ingat lagi ide tersebut, maka kita telah melepas angsa yang bertelor emas.
Dengan selalu mengantongi buku jurnal, ada dua keuntungan yang Anda dapatkan:
Pertama, melatih keberanian Anda untuk menulis. Buku jurnal memberikan kebebasan menulis sebebas-bebasnya karena hanya Anda yang akan membacanya. Jadi tidak perlu takut dalam menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Kedua, menyediakan sumber tulisan. Setiap bulan saya harus menulis 11 renungan untuk renungan Blessing. Saya selalu menggunakan jurnal yang saya tulis di blog saya sebagai bahan penulisan. Karena sudah terbiasa menulis jurnal, hal iru memudahkan saya untuk mencari bahan tulisan dengan cepat. Meski efeknya tidak langsung, tetapi menulis jurnal dapat mendukung kita ketika ingin menulis dengan cepat.
]
Membaca Cepat
Syarat utama untuk dapat membaca cepat adalah Anda mengetahui dengan persis bahan apa yang sedang Anda cari. Ketika masuk ke pasar, Anda sudah punya daftar belanjaan. Dengan demikian Anda mudah mencari bahan-bahan. Jika Anda akan memasak steak, maka Anda segera pergi ke bagian daging.
Langkah pertama adalah melakukan pemindaian secara cepat. Anda hanya mencari bagian-bagian yang Anda butuhkan. Ini seperti Anda melihat papan penunjuk los-los di pasar. Anda berjalan dengan cepat dengan tidak menghiraukan barang-barang dagangan yang dipajang. Begitu Anda melihat papan penunjuk bertulis "daging sapi", barulah Anda berhenti, kemudian memperhatikan barang dagangan secara mendetil. Analogi serupa dilakukan ketika membaca bahan pustaka. Anda mencari "papan penunjuk", biasanya berupa judul bab, sub judul atau kata-kata kunci. Ketika sampai pada bagian yang dikehendaki, barulah Anda membacanya dengan tempo yang lebih lambat sehingga dapat memahami isinya.
Ketika Anda membaca uraian secara terperinci, Anda masih perlu menguasai keterampilan membaca yang efisien. Pada saat mulai belajar membaca, kita diajari untuk mengeja huruf demi huruf atau membaca kata demi kata. Ketika kita merasa tidak yakin telah membaca dengan benar, maka kita mengulang lagi kata atau kalimat yang telah kita lewati. Hal ini jelas menyita waktu dan menguras energi. Bayangkanlah otot bola mata Anda harus bekerja keras karena bolak-balik bergerak dari kiri ke kanan dan sebaliknya.
Seorang pembaca yang terlatih akan membaca beberapa kata dalam satu blok. Matanya hanya berhenti sejenak pada sebuah blok kemudian berpindah ke blok berikutnya. Dia jarang sekali kembali ke blok sebelumnya. Cara ini akan menghemat waktu dan menambah jumlah informasi yang dapat diserap oleh otak.
Hambatan lain dalam membaca cepat adalah kebiasaan membaca dengan bibir bergerak-gerak. Gerakan otot lebih lambat daripada kecepatan gerak otak. Jika kita membaca dengan gerakan bibir, maka otak dipaksa melambatkan kecepatannya untuk menyesuaikan diri dengan gerakan bibir.
Teknik SQ3R
Teknik ini sangat membantu kita dalam menyerap informasi tertulis. Bagaimana caranya? Teknik ini menggunakan metode penahapan dalam membaca.
1. Survey
Lakukan pemindaian terhadap daftar isi, pendahuluan, bab pertama/pengantar dan bagian ringkasan untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Tentukan apakah Anda akan menggunakan bahan ini atau tidak. Jika ya, maka Anda bisa melangkah ke tahap berikut
2. Question
Buatlah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan bahan-bahan yang sedang Anda cari. Pertanyaan ini dapat digunakan sebagai tujuan utama di dalam membaca buku tersebut.
3. Read
Sekarang bacalah isi buku tersebut. Lewati bagian yang kurang menarik. Ketika sampai bagian yang dapat digunakan sebagai bahan penulisan, bacalah dengan cermat. Dalam hal ini Anda boleh membaca dengan tempo lambat, terutama jika pembahasannya sulit dipahami. Ketika membaca, jangan lupa untuk mencatat bagian-bagian yang menarik.
4. Recall
Ketika Anda membaca uraian yang Anda butuhkan, maka pahami isinya dan ingat-ingatlah bagian itu. Simpanlah kata-kata kunci di dalam ingatan Anda. Proses ini sangat penting jika Anda akan melakukan parafrasa bacaan tersebut sehingga tidak melanggar hal cipta karena melakukan plagiat.
5. Review
Setelah mengingat-ingat, Anda dapat beralih ke tahapan terakhir yaitu mengulas materi yang Anda dapatkan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan membaca ulang uraian dalam buku tersebut, mengembangkan catatan Anda atau mendiskusikannya dengan orang lain. Cara lain yang sangat efektif adalah mengajarkan informasi itu kepada orang lain. Dengan cara ini, Anda akan semakin ingat informasi yang Anda ajarkan.
]
Teknik Mengumpulkan Bahan Tulisan
Anda tidak akan membuang waktu dengan sia-sia jika Anda menggunakan pengalaman dengan bijaksana.
Auguste Rodin
Sebuah artikel di situs www.sabda.org mengibaratkan menulis cerita sebagai usaha menyiapkan hidangan perjamuan makan. Penulis mengutip Matius 22:4, “Sesungguhnya, hidanganku telah kusediakan ... semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan."
Keberhasilan suatu perjamuan ditentukan oleh persiapan-persiapan yang telah dibuat. Tidak ada seorang tamu pun yang telah diundang ke suatu perjamuan, yang akan senang bila ia tiba di tempat perjamuan dan mendapati bahwa belum ada persiapan apa-apa. Kurangnya persiapan menunjukkan kurangnya perhatian kepada tamu yang diundang. Persiapan yang banyak bagi kesenangannya akan menyebabkan tamu itu merasa dirinya dipentingkan. Tentunya setelah selesai, dia akan meninggalkan pesta itu dengan mengatakan, "Perjamuannya baik sekali. Saya benar-benar menikmatinya!"
Benar, persiapan yang cukup adalah langkah pertama untuk menentukan apakah suatu usaha akan berhasil.
***
Sebelum memasak, seorang koki harus menentukan menu masakannya lebih dulu. Demikian juga, seorang penulis harus menetapkan “menu tulisan” lebih dulu. Jika menu sudah dibuat, maka tindakan berikutnya adalah pergi ke pasar untuk berbelanja bahan-bahan yang diperlukan. Anda bisa berbelanja bahan-bahan cerita di pasar ide.
I. PASAR PENGAMATAN
Meskipun ingatan dapat menjadi sumber cerita yang kaya, tetapi Anda tidak semua hal masuk ke dalam ingatan Anda. Contohnya, kalau Anda dibesarkan di gunung, Anda mungkin tidak punya kenangan atas kehidupan di laut. Kalau Anda lahir dan besar di
a. Pengamatan Objek
Di dalam kemiliteran sebelum menyerbu sebuah
Mirip dengan agen spionase, dalam metode ini Anda mendatangi sebuah tempat dan mencatat apa saja yang menonjol dan berkesan bagi Anda. Berikut caranya:
a. Bawalah bloknot dan alat tulis. Datangilah sebuah tempat yang ingin Anda amati, kemudian tentukan sudut pandang Anda.
a.1. Sudut pandang wisatawan
Posisi mata Anda sejajar dengan objek yang akan diamati. Anda dapat mengamati salah satu sisi objek yang diamati: sebelah muka, belakang dan samping.
a.2. Sudut pandang burung
Posisi mata Anda di atas objek yang diamati. Misalnya, Anda mengamati lapangan parkir dari puncak gedung, menyaksikan pertandingan sepakbola dari tribun atas, melihat perkotaan dari pesawat terbang.
a.3. Sudut pandang katak
Posisi mata Anda di bawa objek yang diamati. Misalnya, Anda melihat patung jenderal Sudirman di Jakarta, melihat puncak Monas, memeriksa kolong mobil dll.
a.4. Sudut pandang komidi putar
Pada komidi putar, kita dapat melihat seluruh sisi objek karena objek itu berputar. Karena tidak semua objek dapat diputar, maka dalam hal ini si pengamatlah yang berputar. Ia mengelilingi objek untuk mengamati semua sisinya.
b. Perhatikan objek tersebut dan tuliskan apa saja yang dapat Anda lihat, dengar, cium dan rasa. Pergunakan semua indera yang Anda miliki. Sama seperti dalam curah gagasan, Anda tidak perlu memusingkan masalah susunan kalimat, penulisan ejaan, alur logika dll. Tugas pokok Anda adalah menuliskan kesan dominan yang tertangkap oleh indera-indera Anda.
c. Setelah 15 menit, bacalah catatan yang Anda buat. Lihat objek yang diamati sekali lagi, untuk mengetahui jika ada sesuatu yang ketinggalan untuk dicatat. Akhirnya, tuliskan komentar singkat berdasarkan catatan tersebut.
Contoh
Lokasi: Alun-alun
Waktu: 15.00-17.00
Cuaca: Cerah
· Lapangan berdebu. Rumput kering karena lama tidak turun hujan
· Anak-anak laki-laki asyik bermain sepakbola. Bolanya sudah butut
· Ibu mengajak bayi jalan-jalan sambil menyuapi
· Bau busuk tercium dari selokan yang mampet
· Udara terasa hangat, angin berembus semilir
· Seorang pengamen asyik menghitung hasil ngamennya di bawah pohon beringin
· Seorang anak menangis keras minta jajan es krim
· Penjual sate keliling membakar sate ayam di atas gerobak dorongnya. Baunya enak
b. Pemetaan
Jika Anda memiliki
Peta spasial. Jenis ini yang paling mudah dibuat karena sama dengan peta konvensional yang selama ini kita kenal. Sang pembuat peta melihat objek-objek, kemudian menempatkannya pada sebidang kertas dengan jarak yang proporsional dengan benda yang lain.
Peta aktivitas. Jenis ini masih memanfaatkan peta spasial, namun sang pengamat membuat catatan tentang pergerakan objek yang diamati dengan menggambar garis putus-putus yang menghubungkan antar lokasi.
Peta figuratif. Peta jenis ini menggambarkan objek dengan perspektif dua atau tiga dimensi. Teknik ini membutuhkan keterampilan menggambar yang di atas rata-rata.
2. PASAR RISET
Dengan belajar dari orang lain, kita bisa menghemat waktu, biaya dan sumberdaya lainnya. Sebagai contoh, Anda mungkin belum pernah melihat
a. Mulailah dengan perpustakaan pribadi. Kumpulkan kliping dari berbagai macam koran dan majalah yang menarik. Selain itu, Anda pun perlu melengkapi perpustakaan dengan buku‑buku tafsir yang baik, telaah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kamus‑kamus, konkordansi lengkap, ensiklopedia dan bermacam buku teologia, sejarah, arkeologi, penelitian penulis lain, geografi, kebudayaan dan lain sebagainya. Makin lengkap perpustakaan Anda, makin mudah Anda dalam membuat cerita menulis.
b. Gunakan sumber‑sumber informasi. Di Indonesia ada LINK (Lembaga Informasi Kristen), Pusat Perpustakaan Nasional dan sebagainya. Nah, mengapa kita tidak memanfaatkan sumber‑sumber informasi yang bisa memperkaya dan memberi bobot pada cerita Anda?
c. Mengunjungi para pakar. Di samping sumber‑sumber tertulis di atas, Anda pun bisa mendapatkan informasi dari berbagai pakar menurut bidang keahlian mereka masing‑masing. Mereka biasanya senang membagikan ilmu dan keahlian yang mereka miliki, asal kita menanyakan secara sopan serta menjelaskan untuk apa informasi yang kita tanyakan itu. Kalau sumber 'hidup' ini jaraknya dekat, kita bisa langsung datang ke rumahnya dengan perjanjian lebih dulu. Kalau jaraknya jauh, dan cerita dikejar oleh deadline, Anda bisa menyuratinya lebih dulu.
d. Akses internet. Kalau Anda memiliki komputer, modem dan saluran telepon, maka Anda bisa “menjelajahi dunia”.
]
Kamis, 25 September 2008
Videoku Ditayangkan Metro TV
Hari ini Metro TV mengirimkan SMS bahwa video yang saya kirimkan akan ditayangkan di acara Iwitness Metro TV.
Seminggu sebelumnya, Dessy dari Metro TV menelepon bahwa dia tertarik pada video klip "Belalang Goreng" yang saya upload ke situs I Witness. Dia bermaksud akan menayangkan pada program I Witness. Untuk itu, Dessy menanyakan apakah saya masih menyimpan materi video yang belum diedit. Saya bilang sudah saya hapus karena kualitas gambarnya kurang bagus. Saya mengambil gambar menggunakan kamera handphone sehingga resolusinya sangat kecil. Saya menawarkan untuk mengambil ulang gambar itu, dan dia setuju.
Senin, 22 September saya pergi Gunungkidul untuk mengambil gambar video tersebut. Saya langsung kirimkan CD video tersebut menggunakan jasa eksepedisi. Selasa sore CD itu harus sampai di redaksi I Witness.
Senin sore, Dessy menelepon meminta untuk mengunggah video tersebut pada I witness. Dia khawatir kiriman CD belum sampai ketika tenggat waktu penyuntingan terlewati.
Saya pun mengunggah video tersebut dalam dua bagian. Masing-masing berukuran di atas 25 MB. Ternyata keduanya gagal. Saya pun memecah-mecah lagi menjadi lima video lebih kecil. Masing-masing berukuran sekitar 12-15 MB. Saya berhasil mengunggah 3 video klip.
Ketika waktu penayangan tiba, maka dengan penuh antusias saya menantikannya. Beberapa teman saya SMS untuk memberitahu hal ini. Video saya ternyata ditayangkan pada segmen ketiga. Saat melihat video, saya sedang mengadakan workshop penulisan buku. Kegiatan workshop terhenti sejenak untuk menyaksikan karya saya.
Tapi hasilnya ternyata mengecewakan saya secara pribadi. Ternyata redaksi I Witness malah menggunakan materi video klip yang lama, yang saya anggap kurang layak tayang. Sementara hasil pengambilan gambar yang lebih bagus, malah hanya dipakai beberapa detik saya. Yah, mau apalagi.....otoritas ada di tangan mereka. Mungkin mereka tidak sempat menerima keping CD yang saya kirim via jasa kurir, sementara tenggat waktu tak dapat dikompromikan.
Sekarang, saya tinggal menunggu kiriman honor dari Metro. Semoga saja bisa untuk membelikan susu anak saya yang semakin melambung tinggi.
Penjual Belalang [1]
Penjual Belalang [2]
Memasak Belalang
]
Selasa, 23 September 2008
Penjual Belalang
Belalang kayu ini ditangkap dengan cara mengoleskan lem tikus pada ujung galah bambu. Ujung galah ini kemudian ditempelkan pada badan belalang hingga mudah ditangkap. Pada zaman dulu, sebelum ada lem tikut, perekat yang digunakan adalah getah nangka.
Diantara para penjual belalang hidup itu, ada Samino dan Katno. Kedua penduduk desa Pacarejo ini menangkap sudah empat tahun menangkap belalang di ladang-ladang, kemudian pada tengah hari menjajakannya di pinggir jalan. Harga tiap renteng belalang bervariasi antara Rp. 10 ribu- Rp. 10 ribu, tergantung jumlah belalang setiap renteng. Untuk rentengan belalang sejumlah 75 ekor, mereka menawarkan harga 20 ribu rupiah. Tapi jika pembeli pandai menawar, bisa dia bisa mendapatkan harga di bawah itu.
Setiap hari Samino dan Katno dapat membawa pulang uang sejumlah 30-40 ribu rupiah. Meski pendapatan dari menangkap belalang cukup menggiurkan, tapi mereka hanya menangkap belalang di musim kemarau saja. Alasannya, selain karena menggarap ladang, mereka juga tidak mau merusak tanaman di ladang orang lain karena kegiatan mereka dalam menangkap belalang.
Videografer: Purnawan Kristanto
Lokasi : Kabupaten Gunungkidul
Tanggal: 22 September 2008
]
Jumat, 19 September 2008
Pertemuan Komunitas Penjunan
Meski paling jauh, tapi saya justru yang paling awal datang (selain Darsum sebagai tuan rumah). Tak berapa lama, mas Bayu Probo dan Mita, menyusul datang. Keduanya berasal dari Jogja, tapi sudah bekerja di Jakarta. Sambil menunggu teman yang belum datang, kami disodori nasi bungkus (dibungkus sterofoam) oleh bung Darsum.
Sekitar pukul setengah delapan malam, pertemuan pun dimulai. Ini adalah pertemua Komunitas Penjunan yang kedua. Pertemuan yang pertama diselanggarakan dua tahun yang lalu di Apartemen Semanggi, atas usaha Ita Siregar. Sebagian peserta pertemuan yang pertama, datang kembali ke pertemuan kedua ini. Diantaranya adalah: Darsum, Ita Siregar, Okta Wiguna dan saya sendiri. Namun ada juga peserta yang baru hadir pertama kalinya. Untuk itu, acara pertama adalah perkenalan antar peserta.
Meski sudah lama menjalin interaksi lewat milis Komunitas Penjunan, ternyata masih banyak hal-hal baru yang belum diketahui di antara anggota milis ini. Misalnya, dengan mengenali tulisan-tulisan di milis, saya menduga Ayub Bansole adalah sosok yang temperamental dan emosional, ternyata setelah bertemu langsung ternyata bertolak belakang dengan kenyataannya. Pria dari Nusatenggara ini ternyata berperilaku halus dan santun dalam bertutur.
Pertemuan ini diikuti oleh 16 orang, masing-masing adalah: Purnawan, Binsar, Bayu Probo, Mita, Rebecca, Hidrasto, Haris, Ken Ken, Rini, Ayub Bansole, Jojo Rajarjo, Okta Wiguna, Ita Siregar dan Darsum Sansulung. Dalam pertemuan ini dibahas kemungkinan untuk menyelenggarakan kegiatan bersama. Bentuknya adalah pelatihan penulisan tingkat dasar dan tingkat lanjut. Untuk pelatihan tingkat dasar angkatan I, sudah diselenggarakan oleh Darsum, Okta dan Ita Siregar. Saat ini mereka sedang mempersiapkan untuk pelatihan gelombang II. Sementara itu, untuk pelatihan tingkat lanjut masih sedang digodog. Namun ada usulan agar mengadopsi platform Sekolah Penulisan Gloria, yang diselenggarakan oleh Komunitas Penjunan di Jogja dengan penerbit Gloria.
Sekitar pukul 10 malam, pertemua diakhiri dengan bertukar no HP dan kartu nama. Ada beberapa orang yang masih tinggal untuk mengobrol. Okta mengusulkan untuk melanjutkan obrolan di tempat lain yang lebih santai. Darsum mengusulkan mencari tempat di wilayah Jakarta Timur saja, karena sebagain besar kami akan pulang ke sana. Tapi bagi Okta dan Mita itu kejauhan, karena dia tinggal di Jakarta Selatan. Karena tidak ada kata sepakat, maka pertemuan santai diundur hari Kamis di Sarinah Plaza. Kampi pun membubarkan diri. Bung Darsum mendapat pinjaman mobil gereja untuk mengantar saya sampai di Cililitan. Dari sana, saya lalu naik ojek ke rumah mertua.
Sampai di rumah, tugas sudah menanti, yaitu menemani Kirana begadang. Dia baru berangkat tidur jam 12 malam.
]
Dititipkan Di Jakarta
Karena sidangnya diselenggarakan di Cisarua, Bogor, maka Kirana [dan papanya] dititipkan pada eyang putri di Halim, Jakarta Timur. Hari pertama, Kirana memang agak rewel. Dasar orang udik, begitu datang, dia langsung mengajak melihat ayam dan kambing. Setelah dicari kesana-sini, akhirnya ada juga kambing di lapangan sepak bola.
Malamnya, Kirana tidak mau tidur sambil berbaring karena belum terbiasa di tempat tidur yang baru. Dia minta digendong papanya, kemudian tidur di pundak. Jika dicoba untuk dibaringkan, maka dia akan bangun dan menangis.
Pukul 1 dini hari, akhirnya dia berhasil dibaringkan di tempat tidur. Namun karena udara yang sangat gerah dan nyamuk yang berjumlah satu batalyon, pukul 3 pagi Kirana terbangung sambil menangis. Cukup lama saya harus menggendong supaya dia bisa tertidur kembali.
Udara di Jakarta bulan ini memang sedang panas-panasnya. Orang Jakarta saja mengeluh kepanasan, apalagi kami yang berasal dari Klaten. Baju kami basah oleh keringat. Berkali-kali saya membuka lemari es untuk minum air dingin. Dalam hal ini, saya salut pada orang-orang Jakarta yang sedang berpuasa. Dalam cuaca yang sangat panas begini, mereka masih bisa menahan lapar dan haus.
Menjelang sore, Kirana bermain di ruang depan sambil bermain masak-masakan. Lantai yang dingin dam angin sepoi-sepoi dari arah pintu dan jendela rupanya menimbulkan hawa kantuk. Lama-lama dia pun tertidur di lantai. Ini lain dari biasanya, karena Kirana itu ogah jika disuruh tidur siang. Mungkin karena udara yang panas dan kecapekan selama perjalanan, Kirana akhirnya tidur siang juga. Cukup lama dia tertidur di lantai itu. Sekitar 3 jam lebih. Eyangnya tidak berani memindah karena jika tubuhnya diangkat dia pasti bangun dan mungkin akan ngambek.
]
Senin, 15 September 2008
Perjalanan Ke Jakarta
Kami berangkat menggunakan kereta Argo Dwipangga, 14 September, pukul 20.25 dari stasiun Klaten. Kereta datang tepat waktu dan kondisi kereta masih nyaman.
Di dalam kereta, mulanya Kirana masih minta pangku. Tetapi begitu sudah beradaptasi, maka seperti biasa, dia tidak bisa diam. Untungnya, kursi di sebelah kami kosong satu. Aku duduk di kursi kosong itu, sehingga Kirana bisa leluasa dalam berativitas.
Meski ruang lingkupnya hanya di antara dua kursi dan di lorong kereta, tetapi ada saja yang dikerjakan oleh Kirana. Penumpang yang lain sudah tertidur, dan hanya Kirana yang masih aktif. Mulutnya pun tak berhenti mengoceh. Lewat pukul 24.00, mata Kirana masih terang-benderang, sementara mamanya sudah mulai mengantuk. Maka dimulailah ritual tidur: Mamanya berkali-kali meminta Kirana tidur, sementara Kirana sendiri masih mencari-cari alasan untuk bermain. Kalau sudah begitu, mamanya biasanya mulai jengkel.
Pendingin di dalam kereta lumayan dingin. Para penumpang menggunakan selimut yang dibagikan kru kereta untuk menghangatkan badan. Seementara Kirana tidak mau sama sekali diselmuti. Mungkin karena udara yang dingin, Kirana minta diantar ke toliet sebanyak empat kali.
Kalau di rumah, sebelum tidur biasanya Kirana harus BAB dulu. Rupanya irama tubuhnya juga tidak berubah meski di atas kereta. Setelah minta di antar ke toliet untuk BAB, maka sekitar pukul 1 pagi, Kirana berangkat tidur.
Pukul 04.35, kami turun di stasiun Jatinegara. Dengan bawaan yang banyak, kami berjalan ke luar stasiun untuk mencari taksi. Aku membawa satu tas besar, satu tas kecil, satu kardus oleh-oleh dan tas laptop. Sedangkan istriku menggendong Kirana sambil membawa satu tas perlengkapan Kirana dan satu tas berisi bekal makanan di kereta.
Cukup lama juga kami menanti taksi. Sebenarnya ada cukup banyak taksi yang mangkal di sana, tapi kami memilih menanti taksi Bluebird saja yang bisa dipercaya. Akhirnya, ada taksi Bluebird yang menurunkan penumpang di stasiun. Kampi pun langsung menggunakan taksi itu. Pukul 05.30, kami sudah sampai di rumah Mama di kawasan Halim.
Karena kehebohan para penyambut, Kirana terbangun dari tidurnya. Sejak itu, dia melek sampai pukul 1 malam lagi. Memang beberapa kali dia sempat tidur, tapi lamanya tidak sampai setengah jam setiap kali tidur. Anak ini memang betah melek! Orangtuanya sampai kewalahan harus menemani dia bermain.
]